Senin, 22 Juni 2015

Sejarah dan Inflasi Yugoslavia

Nama : M.Riky Noerilfahmi
NPM   : 29211248
Kelas : 4EB21

A. Sejarah Yugoslavia
             Yugoslavia (berarti “Slavia Selatan”) merupakan sebuah negara yang pernah ada di daerah Balkan, di sebelah tenggara Eropa, dari tahun 1918 sampai tahun 2003. Dalam perjalanannya, negara ini pernah berbentuk kerajaan dan republik. Negara ini beribukota di Beograd.
1918 : Setelah dibubarkannya Kekaisaran Austria-Hongaria setelah Perang Dunia I maka “Kerajaan Bangsa Serbia, Kroasia, dan Slovenia” didirikan dengan Peter I dari Serbia sebagai raja. Bibit untuk konflik di masa datang sudah ditaburkan mulai saat ini. Serbia menginginkan sebuah negara kesatuan padahal Kroasia menginginkan sebuah federasi. Pada tahun 1928, Kroasia mencoba melepaskan diri setelah seorang anggota parlemen dari Kroasia dibunuh. Raja Alexander, sejak 1921, berreaksi keras dengan membubarkan parlemen dan mencanangkan diktatorialisme.
1929 : Nama negara diubah menjadi Kerajaan Yugoslavia. Raja Yugoslavia, Alexander, dibunuh di Paris, Prancis, oleh kelompok nasionalis ekstrim Makedonia-Kroasia.
1939 : Kroasia mendapatkan lebih banyak otonomi.
1941-1945 : Wali Raja Yugoslavia, Pangeran Paul, terpaksa menandatangani persetujuan kerja sama dengan Poros Jerman-Italia-Jepang. Akan tetapi para perwira Serbia yang anti-Jerman berontak dan menggulingkan pemerintahannya. Hitler marah dan menyerang Yugoslavia. Negara Balkan tersebut jatuh dengan cepat, terutama karena etnis-etnik non Serbia banyak yang bergabung dengan para penyerbu.
Setelah menaklukkan negeri itu, Hitler memecah-belah negeri tersebut di bawah pendudukan Poros dan rezim boneka lokal. Atas perintah Hitler, bekas propinsi Kroasia, Bosnia, dan Hercegovina digabungkan ke dalam negara boneka Kroasia sementara wilayah sebagian besar Kosovo, Montenegro Selatan dan Makedonia Barat digabungkan ke dalam Negara Albania Raya. Penduduk Yugoslavia kemudian bangkit melawan pasukan pendudukan dan bergabung dengan dua kekuatan gerilya utama: kaum Chetnik yang didominasi orang Serbia pendukung raja dan kaum Partisan pimpinan Tito yang komunis. Yugoslavia pada masa ini menjadi medan pertempuran berdarah, di mana penduduknya bukan hanya memerangi pasukan pendudukan Poros namun juga saling membantai antara sesama warga–suatu preseden bagi perang antaretnis tahun 1990-an. Di Negara Kroasia Merdeka, kaum nasionalis ekstrim Kroasia bekerja sama dengan kaum Muslim Bosnia berusaha membersihkan negara boneka tersebut dari orang-orang Serbia, Yahudi dan Jipsi. Antara tahun 1941-45, kaum Ustasa-Muslim telah membantai 750.000 orang Serbia, 60.000 Yahudi dan 25.000 Jipsi. Pembersihan etnis juga terjadi di Negara Albania Raya, di mana kaum militan Albania mengusir dan membunuh puluhan ribu orang Serbia dan orang Slavia Ortodoks lainnya, terutama di Kosovo dan Makedonia Barat, dan menggantikannya dengan para pendatang Albania dari wilayah Albania. Tragedi ini membuat trauma yang mendalam terhadap bangsa Serbia.
1943 : Federal Demokratik Yugoslavia diproklamasikan oleh para partizan komunis. Negosiasi dengan pemerintahan Kerajaan Yugoslavia dalam pengasingan terus dilakukan, sementara wilayah Kerajaan Yugoslavia masih diduki oleh sekutu.
1944 : Para partizan komunis dipimpin oleh Tito membebaskan Beograd pada bulan Oktober dengan bantuan tentara Uni Soviet.
1945 : Nazi Jerman menyerah, para partizan mengambil alih kekuasaan di seluruh bagian negara. Pada tanggal 29 November, Raja Petar II dimakzulkan oleh Majelis Konstituante Komunis Yugoslavia saat masih dalam pengasingan. Pada tanggal 2 Desember, pemerintah komunis menyatakan keseluruhan wilayah ini sebagai bagian Federal Demokratik Yugoslavia.
1946 : Pada tanggal 31 Januari, Federal Demokratik Yugoslavia berganti nama menjadi Republik Rakyat Federal Yugoslavia. Negara ini terdiri dari: Serbia, Kroasia, Slovenia, Bosnia-Herzegovina, Montenegro dan Republik Makedonia serta dua daerah otonom yang menjadi bagian Serbia: Kosovo dan Vojvodina.
1948 : Melepaskan diri dari pengaruh Uni Soviet. Yugoslavia ingin berjalan sendiri dalam melaksanakan paham komunisme.
1961 : Kekuatan vokal dalam pembentukan KTT Negara Non Blok.
1963 : Pada tanggal 7 April, Republik Rakyat Federal Yugoslavia berganti nama menjadi Republik Federal Sosialis Yugoslavia dan Tito diangkat menjadi presiden seumur hidup.
1980 : Tito meninggal, perbedaan antaretnis mulai nampak, terutama ketika pada akhir tahun 1980an terjadi krisis ekonomi. Diskriminasi terhadap penduduk Serbia dan non Albania lainnya di Kosovo menyebabkan ribuan orang mengungsi dari propinsi tersebut. Hal tersebut membuka kembali luka lama orang Serbia dan mendorong terpilihnya Slobodan Milosevic yang mengajukan program-program nasionalis Serbia sebagai presiden Serbia: status otonom Kosovo dan Vojvodina ditiadakan. Nasionalisme berdasarkan etnisitas menjadi marak.
1990 : April pemilu di negara-negara bagian. Di Slovenia dan Kroasia, daerah terkaya, partai pro kemerdekaan menang. Di Serbia dan Montenegro, partai komunis menang.
1991 : Pada tanggal 25 Juni, Slovenia dan Kroasia memproklamasikan kemerdekaan. Tentara Federal (terutama beranggotakan orang Serbia) mengintervensi. Akan tetapi perang di Slovenia hanya berlangsung 7 hari karena penduduk di sana nyaris homogen sehingga tidak ada kepentingan warga Serbia yang terancam. Dibandingkan dengan Slovenia yang memiliki penduduk homogen, perang di Kroasia berlangsung sengit dan lama serta kejam karena ingatan sejarah Perang Dunia II maupun besarnya komunitas Serbia di wilayah tersebut. Ketika Republik Makedonia, negara bagian termiskin, memerdekakan diri pada tanggal 8 September, Tentara Federal diam saja.
1992 : Penduduk Muslim dan Kroasia di Bosnia-Herzegovina memilih untuk merdeka dan mendeklarasikan negara Bosnia-Herzegovina. Penduduk Serbia Bosnia menolak hasil tersebut dan berusaha membentuk negara terpisah dengan bantuan Tentara Federal, yaitu Republik Serbia Bosnia dan Herzegovina yang kemudian menjadi Republik Srpska. Sekali lagi, perang di Bosnia-Herzegovina berlangsung sengit dan kejam karena alasan trauma sejarah. Dari enam negara bagian hanya Serbia dan Montenegro yang tertinggal, yang kemudian membentuk Republik Federal Yugoslavia pada tanggal 28 April 1992.
1995 : Perjanjian Dayton mengakhiri perang di Bosnia-Herzegovina.
1999: Pecah pemberontakan orang Albania di Kosovo. Upaya memadamkan pemberontakan tersebut oleh Serbia menyebabkan banjirnya kaum pengungsi Albania ke wilayah tetangga. NATO tanpa mandat PBB menyerang Serbia. Milosevic menyerah dan Kosovo diberikan di bawah pengawasan internasional. Giliran penduduk Serbia yang dibersihkan secara etnis oleh KLA. Kelompok gerilyawan Albania ini juga menghancurkan banyak peninggalan budaya Serbia di Kosovo sebagai jalan menghapuskan jejak orang Serbia di sana. Tujuan utama KLA sendiri adalah menggabungkan Kosovo dan berbagai wilayah Balkan lainnya yang dihuni orang Albania ke dalam suatu Negara Albania Raya, seperti yang terjadi pada masa Perang Dunia II. Pemberontakan orang Albania meluas ke Makedonia, yang sebelumnya dengan tangan terbuka menerima pengungsi Albania dari Kosovo.
2000: Pada bulan Oktober, Milosevic mundur setelah Vojislav Kostunica menang pemilu. Milosevic pada bulan Juni 2001 diserahkan kepada Pengadilan Internasional untuk Bekas Yugoslavia.
2002: Pada bula Maret, pemerintah Serbia dan Montenegro sepakat untuk membuat uni yang lebih bebas.
2003: Pada tanggal 4 Februari, Republik Federal Yugoslavia dibentuk ulang sehingga menjadi Uni Negara Serbia dan Montenegro. Dengan ini, berakhirlah perjalanan panjang negara Yugoslavia.
Negara-negara pecahan Yugoslavia:
1. Slovenia
2. Kroasia
3. Bosnia-Herzegovina
4. Serbia
4a. provinsi Vojvodina
4b. Kosovo
5. Montonegro
6. Macedonia
B. Perekonomian Yugoslavia
            Serangkaian babak hiperinflasi terparah di dunia muncul di beberapa negara sepanjang sejarah. Bahkan beberapa negara maju dengan perekonomian terbesar saat ini seperti China, Jerman, dan Prancis juga pernah diterjang hiperinflasi parah.
Salah satu kasus hiperinflasi terparah di dunia pernah menimpa Yugoslavia. Tak tanggung-tanggung, tingkat inflasi hariannya mencapai 65 persen.
Harga-harga barang naik dua kali lipat setiap 34 jam sekali. Jatuhnya kepemimpinan Uni Soviet juga mengurangi peran Yugoslavia di kancah internasional, yang sebelumnya menjadi pemain kunci geopolitik di wilayah Barat dan Timur.
Perang Yugoslavia di Bosnia dan Herzegovina yang multi-etnis meninggalkan jejak berupa krisis politik dan ekonomi yang berkepanjangan. Salah satu dampaknya adalah kasus hiperinflasi terparah sepanjang sejarah.
Jatuhnya Uni Soviet menyebabkan peran internasional Yugoslavia menurun sebagai pemain kunci yang menghubungkan kawasan Timur dan Barat. Partai Komunis yang berkuasa di Yugoslavia juga akhirnya berada di bawah tekanan.
Kondisi ini menyebabkan pecahnya Yugoslavia menjadi beberapa negara di sepanjang garis etnis. Selain itu, perang juga terjadi selama bertahun-tahun melibatkan berbagai entitas politik.
Dalam proses perpecahan tersebut, perdagangan antar wilayah bekas Yugoslavia ambruk disusul dengan penurunan drastis di sektor industri. Di saat yang sama, embargo internasional juga menerpa ekspor Yugoslavia, yang membuat sektor ekspornya berantakan.
Republik Federal yang baru terbentuk dari Yugoslavia, berbeda dengan negara-negDemi mengatasi defisit anggaran di Yugoslavia, pemerintah terus mencetak uang demi mendanai kasus inflasi yang telah mencapai 25 persen per tahun. Itu membuat pemerintah terus bergantung pada pencetakan uang demi mendanai operasi finansial negara.
Pencetakan uang yang tak terkendali akhirnya menyebabkan hiperinflasi. Demi mengatasi hiperinflasi yang kian parah pemerintah lantas membuat jaringan toko dengan barang berharga murah.
Sayangnya, barang yang menjadi keperluan masyarakat sulit ditemukan di sana. Bahkan sejumlah stasiun pengisian bahan bakar milik pemerintah ditutup dan hanya tersedia di beberapa titik tertentu
Saking mahalnya harga bahan bakar saat itu, banyak pemilik mobil yang memutuskan untuk menggunakan transportasi umum. Tapi 1.200 bus umum yang biasanya beroperasi hanya tersisa 500 unit.
Bus yang ada tidak bisa memenuhi kapasitas penumpang yang tersedia. Tak hanya kendaraan pribadi, truk pengiriman, ambulan, mobil pemadam kebakaran dan mobil pemungut sampah juga tidak mendapatkan bahan bakar.
Pemerintah mengumumkan bensin hanya dijual ke para petani di musim tanam dan panen. Meski pemerintah sudah memutuskan untuk berhenti mencetak uang, tapi pihaknya masih kesulitan dana untuk membiayai operasi infrastruktur.
Banyak perusahaan tutup dan menyebabkan tingkat pengangguran meningkat 30 persen.ara lain yang memisahkan diri seperti Serbia dan Kroasia, mempertahankan banyak dari birokrasi kembung yang ada sebelum perpecahan, berkontribusi terhadap defisit federal. Dalam upaya untuk menguangkan ini dan defisit lain, bank sentral kehilangan kendali atas penciptaan uang dan menyebabkan hiperinflasi.
Republik Federal Yugoslavia yang kemudian dibentuk mempertahankan birokrasi kembung yang sudah berantakan sebelum perpecahan terjadi. Kondisi itu memicu defisit federal.
Dalam upaya mengurangi defisit yang terjadi, bank sentral Yugoslavia justru hilang kendali dalam percetakan uang dan menyebabkan hiperinflasi.
Antara 1 Oktober 1993 hingga 24 Januari 1995, harga- harga naik hingga 5 quadrilion persen. Artinya, 5 dengan 15 nol di belakangnya.
Struktur sosial mulai ambruk. Para perampok mencuri di rumah sakit dan klinik, di tempat umum manapun. Para pekerja di kereta api juga menggelar aksi mogok dan enggan bekerja.
Para pensiun juga telantar karena tidak mendapatkan dana pensiun meski uang berlimpah. Para pekerja mogok lantaran gaji yang diterima tidak sepadan dengan kebutuhan hidup yang meningkat drastis.
Pemerintah tetap mengunci sebagian besar dana tunai yang dicetaknya untuk tidak berkeliaran bebas di kalangan masyarakat. Sayangnya, hal itu justru menyebabkan masyarakat kesulitan membeli barang.
Pasar gratis yang disediakan pemerintah juga tidak cukup membantu karena masyarakat tetap tak bisa menemukan barang yang dibutuhkannya. Alhasil, harga terus melambung tinggi selama hampir empat tahun.
Referensi :
 

2 komentar: